Sekilas isi buku:
Apakah men-sir-kan atau men-jahr-kan basmallah yang anda
pilih dalam shalat-shalat jahriyah? Apakah sebatas pundak atau telinga di dalam
shalat? Dimana posisi tangan saat bersedekap, di atas dada atau di perut? lutut
lebih dahulu ketika turun dan naik di dalam shalat fardhu? Bagaimana menyikapi
jenis qira'at ketika membaca Al-Qur'an? Kenapa bagian kakek dalam warisan beda di antara para
shahabat?
"Ini masalah
khilafiyah," demikianlah perkataan dengar jika terjadi beragam perbedaan
dalam ibadah di terigah kaum Muslimin. Bagaimanakah sebenarnya kedudukan
khilafiy; ikhtilaf di dalam Islam? Mana yang dibolehkan dan mana yang dilarang?
Bila dibolehkan apa syaratnya? Bagaimana jika masing-masing pihak yang
berselisih memiliki dalil yang shahih dalam ibadah yang mereka pilih? Bolehkan
mengutamakan satu bentuk ibadah tertentu dan me- ninggalkan yang lainnya
sekalipun dalilnya shahih? Apakah sebaiknya seseorang memilih salah satu bentuk
ibadah saja atau variasi bentuk- bentuk lainnya?
Yunus Ash-Shadafi
berkata, "Aku tidak pernah menemukan orang yang lebih berakal daripada
Imam Asy-Syafi'i. Suatu hari aku pemah mendebatnya tentang suatu masalah, lalu
ketika bertemu denganku ia memegang tanganku dan berkata, 'Wahai Abu Musa,
tidak bisakah kita tetap menjadi saudara meskipun kita tidak sepakat dalam
suatu masalah?'"
Dengan enam
pembahasan lengkap, buku langka ini menjawab silang pendapat, debat kusir,
kebencian, kedengkian, dan bahkan sikap saling memusuhi di antara kaum Muslimin
lantaran tidak mengetahui hakikat ikhtilaf tanawwu'. Insya Allah, bagaikan
matahari di siang bolong buku ini menyeruak beragam perbedaan fikih yang
dibolehkan dan dilarang. Jangan bersikukuh dan merasa yang paling benar dalam
tata cara ibadah yang Anda pilih sebelum membaca buku ini.
Yahya bin Salam
Rahimahullah berkata, "Tidak selayaknya bagi seseorang yang tidak
mengetahui tentang ikhtilaf untuk memberi fatwa, dan tidak boleh bagi orang
yang tidak mengetahui berbagai pendapat untuk mengatakan, 'Ini lebih aku
sukai'."
|