Sekilas isi buku:
Istilah MBA (Married By Accident) mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kalimat merdeka, bebas, tanpa batasan dan pengawasan, bukan barang langka dalam kehidupan kaum muslimin. Seruan emansipasi, hak asasi manusia/ liberalisasi/ dan seabrek istilah kebebasan yang lain kerap didengungkan oleh para penyerunya. Berbagai media baik cetak maupun elektronik juga tidak ingin ketinggalan dalam menyebarkan manuver-manuver dan virus-virus beracunnya, siapa yang menyangka kalau sasaran utamanya adalah kaum muslimin. Ibarat Serigala yang sudah kelaparan dan kehausan, kaum muslimin yang rendah akal dan agamanya menerima mentah-mentah, bahkan sampai ada yang berceloteh, ''Terserab loe mau bergaul sampe mana, asal limitnya adalah virgin lo''. Waiiyadzubillah. Ujung-ujungnya Islam dijadikan kambing hitam. Berbagai ungkapan sinis pun bermunculan Islam melanggar hak asasi manusia/ memperbudak kaum wanita, hukum Islam sudah kuno dan tidak relevan, berpegang teguh dengan agama hanyalah menyebabkan kemunduran, serta ungkapan-ungkapan sinis lainnya. Semua itu mereka lakukan demi tercapainya kepuasan nafsu hewani yang telah memperbudak jiwa fitrah mereka. Lantas apa jawaban Islam tentang Syaikh Nadaa Abu Ahmad melalui buku ''Khuthuratul Ikhtilath'' ini akan membuktikan kepada Anda betapa piciknya para penyeru kebebasan dan emansipasi, serla betapa rusaknya akibat kebebasan yang mereka serukan. Dan membuktikan kepada Anda bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang akan menjamin kebahagiaan manusia yang sebenarnya dan menempatkan mereka pada martabat yang sangat mulia.Selamat menyimak...
|
|