Sekilas isi buku:
Al-Ahkam
as-Sulthaniyyah ini merupakan karya monumental al-Mawardi yang kuat diyakini
ditulis atas permintaan Khalifah al-Qa'im bi Amrillah (422-467 H). Buku ini
memuat hukum-hukum yang sangat dibutuhkan oleh para penguasa, khususnya
khalifah dan jajarannya. Selain dibutuhkan oleh aparatur pemerintah sebagai
rujukan untuk menjalankan tugas dan kewajiban mereka, juga menjadi pegangan
masyarakat untuk mengetahui hak dan kewajiban para penguasa atas diri mereka.
Dengan begitu, mereka mempunyai pedoman untuk melakukan check and balance.
Buku ini
terdiri dari dua puluh bab, dan membahas banyak hal, seperti: akad Imamah,
pengangkatan Wizarat (pembantu khalifah), bukan wizarat dengan konotasi
kementerian seperti dalam sistem demokrasi, pengangkatan Imarah 'ala al-Bilad
(kepala daerah), pengangkatan Imarah 'ala al-Jihad (panglima perang), dan
sebagainya. Termasuk bab tentang penetapan Jizyah dan Kharaj, hukum Ihya' al-Mawat
(menghidupkan tanah mati), eksplorasi air (termasuk tambang), Hima dan Irfaq
(proteksi lahan dan kepemilikan umum), hingga Diwan (administrasi), Ahkam al-Jara'im
(hukum tindak kriminal), dan Hisbah.
Menariknya,
dalam buku ini al-Mawardi sama sekali tidak terpengaruh oleh teori-teori
Socrates, Plato, Aristoteles atau fitsuf Yunani lainnya. Padahal, ketika itu
pemikiran mereka sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dalam penulisannya,
beliau berpijak pada al-Qur'an, as-Sunnah, ijma' dan qiyas sebagaimana dalil
yang lazim digunakan di kalangan mazhab Syafi'i. Selain itu, beliau juga
menjelaskan berbagai pandangan mazhab yang berkaitan dengan sistem pemerintahan
Islam ini. Istimewanya lagi, buku Al-Ahkam as-Sulthaniyyah ini menjadi rujukan
penting karena selain penulisnya yang merupakan seorang mujtahid, juga adalah
pelaku sejarah. Istimewanya lagi, buku ini merupakan tulisan yang paling awal
membahas tentang sistem Negara Khilafah sekaligus menjadi dokumen autentik
penerapan sistem pemerintahan Islam di dalam Negara Khilafah, pada era Khilafah
Abbasiyyah.
|