Sekilas isi buku:
Menyampaikan nasehat yang baik merupakan perbuatan yang sangat
mulia. Namunseringkalipelakunyatidakmemperhatikanadab-adabyangharusdilakukan.
Sehingga tidak jarang nasehat yang disampaikan tidak membekas, kurang
mendapattanggapan, atau bahkan diabaikan begitu saja oleh pehdengarnya.
Di antara mereka ada yang memberikan nasehat dengan menggunakan
ungkapan yang menyakitkan hati, sehingga orang yang diberi nasehat bukannya
berubah dan meninggalkan kebiasaan buruknya, malah menantang dan semakin
menjadi-jadi. Ada pula yang mengajak orang untuk melakukan suatu kebaikan,
namun dia sendiri tidak melakukannya. Ada lagi yang menasehati seseorang di
hadapan halayak ramai, hingga membuat orang tersebut malu. Atau tidak
merenungkan terlebih dahulu apa yang akan diucapkannya, apakah tepat untuk
diucapkan ataukah tidak? Apakah akan berdampak posistif ataukah malah
memperkeruh masalah? Ada juga yang memaksakan diri menyampaikan nasehat
tertentu, sementara dia tidak mempunyai bekal ilmu yang memadai dalam apa yang
disampaikannya, sehingga melakukan banyak kesalahan. Sementara yang lainnya
menyampaikan nasehat panjang lebar hingga membuat pendengarnya bosan, jenuh,
atau bahkan tertidur. Atau menggunakan bahasa yang sulit difahami, semata agar
dikatakan intelek dan mendapat pujian orang. Ada pula yang melakukannya
untuktujuan materi,dan masih banyakkesalahan-kesalahan lainnya.
Di dalam memberikan nasihat, seseorang dituntut untuk membekali
diri dengan adab-adab yang berkaitan dengannya, sehingga nasihat yang
disampaikan membekas dan berdampak positifpada pendengarnya.
Buku ditangan pembaca ini merupakan bekal bagi kita semua,
utamanya para dai, di dalam menyampaikan nasehat. Di dalamnya
terdapat-adab-adab dan pengetahuan lain yang kita butuhkan dalam menyampaikan
nasehat. Semoga kehadirannya dapat memotifasi kita dalam menasehati orang-orang
yang kita cintai.
|